Kamis, 28 Oktober 2010

PERDARAHAN POST PARTUM


PERDARAHAN POST PARTUM
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 ievārījums setelah Anak lahir. Termasuk perdarahan Karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan Dalam kala IV lebih 500-600 cc Dalam 24 ievārījums setelah Anak dan plasenta lahir.

Pembagian perdarahan post partum:
1. Perdarahan post partum primer (agrīni pēc dzemdībām asiņošana) yang terjadi
selama 24 ievārījums setelah Anak lahir.
2. Perdarahan post partum sekundes (late dzemdībām asiņošana) yang terjadi
setelah 24 ievārījums Anak lahir. Biasanya Hari ke 5-15 post partum.

Tiga hal yang harus diperhatikan Dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti Asins yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15% Dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya:
1. Atoni dzemdes (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi Jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan Blood (0,5-0,8%).

Etiologi perdarahan post partum:
1. Atoni dzemdes.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
3. Jalan lahir: robekan starpenē, vagīna, Serviks, forniks dan Rahim.
4. Penyakit Blood
Kelainan pembekuan Asins misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia
yang sering dijumpai:
- Perdarahan Yang Vēl.
- Solusio plasenta.
- Kematian Janin yang lama Dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatīts dan syok septik.

Faktor predisposisi terjadinya atonia dzemdes:
- Vecums
- Paritas
- Partus lama dan partus terlantar.
- Obstetri operatif dan narkosa.
- Dzemde terlalu regang dan gailis misalnyaa Pada gemelli, hidramnion atau Janin
Bildes.
- Kelainan pada dzemde seperti mioma uterii, dzemdes couvelair pada solusio plasenta.
- Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.

Cara membuat diagnoze perdarahan post partum:
1. Palpasi dzemde: Bagaimana kontraksi dzemde dan kvalitātes fundus dzemdē.
2. Memeriksa plasenta dan ketuban: Vai jums Complete atau Nē.
3. Melakukan eksplorasi kavum dzemdes untuk Meklēt:
- Nodokļi plasenta dan ketuban.
- Robekan Rahim.
- Plasenta suksenturiata.
4. Inspekulo: untuk melihat robekan Pada Serviks, maksts dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium: periksa Blood, hemoglobīns, receklis novērošana tests
(COT), dan lain-lain.

Perdarahan post partum adakalanya merupakan perdarahan Yang Hebat maupun perdarahan perlahan-lahan tetapi terus-menerus. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan yang Vēl dan dapat menjadi syok. By Karena itu Penting sekali pada setiap IBU bersalin dilakukan pengukuran kadar Asins secara rutīns; serta pengawasan tekanan Blood, nadi dan pernapasan IBU, kontraksi dzemde dan perdarahan selama 1 ievārījums.

Dažas menit setelah Janin lahir, biasanya mulai terjadi proses pelepasan plasenta disertai maz perdarahan. Bila plasenta skatījumi Lepas dan Turun uz nākošo bawah Rahim maka dzemde akan berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta (viņa pengeluaran plasenta).

Penanganan Perdarahan Post Partum
__________________________________

Penanganan perdarahan post partum berupa mencegah perdarahan pastu partum, mengobati perdarahan kala uri dan mengobati perdarahan post partum pada atoni dzemdes.

Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan Umum, kadar hemoglobīns, golongan Asins dan bila mungkin tersedia donoru Blood. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan Obat-obatan penguat Rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah, kepala Janin mulai membuka vulvas, infus dipasang dan sewaktu Baby lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.

Cara mengobati perdarahan kala uri:
- Memberikan oksitosin.
- Mengeluarkan plasenta menurut cara Credee (1-2 Kali).
- Mengeluarkan plasenta dengan tangan.

Pengeluaran plasenta dengan tangan Segera sesudah Janin lahir dilakukan bila:
- Menyangka akan terjadi perdarahan post ppartum.
- Perdarahan Vēl (lebih 500 cc).
- Retensio plasenta.
- Melakukan tindakan obstetri Dalam narkossa.
- Riwayat perdarahan post partum pada perssalinan yang lalu.

Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan Segera lakukan dzemdē-vaginālo tamponade selama 24 ievārījums, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 Šodien berturut-turut dan pada Šodien ke-4 baru dilakukan kuretase untuk membersihkannya.

Jika disebabkan by Luka-Luka Jalan lahir, Luka Segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.

Pengobatan perdarahan post partum pada atoni dzemdes tergantung banyaknya perdarahan dan derajat atoni dzemdes yang dibagi Dalam 3 tahap:
1. Tahap I: perdarahan yang Nē Vēl dapat diatasi dengan memberikan
uterotonika, mengurut Rahim (masāža) dan memasang Gurita.
2. Tahap II: bila perdarahan belum berhenti dan bertambah Vēl, selanjutnya
berikan infus dan transfusi Asins lalu dapat lakukan:
- Perasat (manuver) Zangemeister.
- Perasat (manuver) Fritch.
- Kompresi bimanual.
- Kompresi aorta.
- Tamponade dzemdē-maksts.
- Jepit arteri uterina dengan cara Henkel.
3. Tahap III: bila belum tertolong maka usaha pēdējais adalah menghilangkan
Avots perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi arteri hipogastrika atau
histerektomi.

Retensio Plasenta
_________________

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 ievārījums setelah Baby lahir.

Penyebab retensio plasenta:
1. Plasenta belum terlepas Dari dinding Rahim Karena melekat dan tumbuh lebih
daļām. Menurut tingkat perlekatannya:
a. Plasenta adhesiva: plasenta yang melekat pada desidua endometrija lebih
daļām.
b. Plasenta inkreta: Vili khorialis tumbuh lebih Dalam dan menembus desidua
endometrija sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta: Vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serozā.
d. Plasenta perkreta: Vili khorialis tumbuh menembus serozā atau vēderplēve
dinding Rahim.
2. Plasenta skatījumi terlepas Dari dinding Rahim namun belum Out Karena atoni
dzemdes atau adanya lingkaran konstriksi pada nākošo bawah Rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta Out
(plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum Lepas sama sekali netiks terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta skatījumi Lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk Segera mengeluarkannya.

Plasenta mungkin Tenerife Nē Out Karena kandung kemih atau rektum Pilns. By Karena itu keduanya harus dikosongkan.

Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum lahir Dalam 1/2-1 ievārījums setelah Baby lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan.

Tindakan penanganan retensio plasenta:
1. Coba 1-2 kali dengan perasat Crede.
2. Mengeluarkan plasenta dengan tangan (manuāla plasenta).
3. Memberikan transfusi Asins bila perdarahan Vēl.
4. Memberikan Obat-obatan misalnya uterotonika dan antibiotik.

Manual plasenta:
1. Memasang infus cairan dekstrose 5%.
2. IBU posisi litotomi dengan narkosa dengan Segala sesuatunya Dalam keadaan
Gila HAMA.
3. Teknik: tangan kiri diletakkan di fundus dzemdes, tangan kanan dimasukkan Dalam
rongga Rahim dengan menyusuri tali Pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta
dilepas - disisihkan dengan tepi pirkstiem-pirkstiem tangan - bila skatījumi Lepas ditarik Out.
Lakukan eksplorasi Apakah ada Luka-Luka atau sisa-sisa plasenta dan
bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya Karena dapat terjadi robekan Jalan
lahir (dzemdes) dan membawa infeksi.

Inversio dzemdes
_______________

Inversio dzemdes adalah keadaan dimana fundus dzemdes terbalik sebagian atau seluruhnya Pieslēgties ke Dalam kavum dzemdes.

Pembagian inversio dzemdes:
1. Inversio dzemdes ringan: fundus dzemdes terbalik menonjol ke Dalam kavum dzemdes
namun belum Out Dari Brīvdabas rongga Rahim.
2. Inversio dzemdes sedang: terbalik dan skatījumi: Pieslēgties ke Dalam maksts.
3. Inversio dzemdes Svars: dzemde dan maksts semuanya terbalik dan sebagian skatījumi:
Out maksts.

Penyebab inversio dzemdes:
1. Spontan: Grande daudzbērnu mātēm, atoni dzemdes, kelemahan ALAT kandungan, tekanan
intra vēdera yang krāsa (mengejan dan batuk).
2. Tindakan: cara Crade yang berlebihan, tarikan tali Pusat, manual plasenta yang
dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding Rahim.

Faktor-Faktor yang memudahkan terjadinya inversio dzemdes:
1. Dzemde yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali Pusat yang berlebihan.
3. Izplests kanalis servikalis.

Frekuensi inversio dzemdes: angka kejadian 1: 20,000 persalinan.

Diagnoze dan gejala klinis inversio dzemdes:
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri Yang Hebat,
perdarahan yang Vēl sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan
sebagian skatījumi ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan In:
- Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis dzemde teraba fundus dzemdes
cekung ke daļām.
- Bila komplit, di šo simfisis dzemde teraba kosong dan Dalam maksts teraba
audzējs Lunak.
- Kavum dzemdes skatījumi Nekādi ada (terbalik).

Penanganan inversio dzemdes:
1. Pencegahan: Hati-hati Dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
Rahim atau Melakukan perasat Crede berulang-ulang dan Cinta-hatilah Dalam
menarik tali Pusat serta Melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya:
- Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi Asins serta perbaiki
keadaan Umum.
- Segera itu Segera lakukan reposisi kalau perlu Dalam narkosa.
- Bila Nē berhasil maka lakukan tindakan operatif secara uz vēdera
(operasi Haultein) atau par vaginam (operasi menurut Spinelli).
- Di luar Mājas Sakit dapat dibantu dengan Melakukan reposisi ringan yaitu
dengan tamponade maksts lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Avots: Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jilid es ed. ke-2. dr. Delfi Lutan Sp.OG (editor). Džakarta: EGC. 1998. 298-306.
flash is offline  Reply With Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar